Merangkak aplikasi aplikasi pengiriman kejahatan, pakar TI: Waspada kejahatan melalui rekayasa sosial

Jakarta, TRIBUNNEWS.COM-Dalam perjalanan pandemi Covid-19 dan implementasi pembatasan sosial skala besar (PSBB) hari ini, pengiriman pesan wajib telah menjadi tulang punggung masyarakat, terutama dalam hal memesan makanan. Tetapi karena transaksi meningkat, kasus penipuan juga meningkat. Online .— Penipuan dilakukan melalui rekayasa sosial (social engineering) atau melalui manipulasi psikologis. .

Membaca: IHSG harus mampu memperkuat dirinya awal minggu depan

Membaca: BMKG: Gempa Bumi Besar M 4.4 Cilacap Wilayah Jawa Tengah terkejut pada hari Minggu pagi di kedalaman 10 km

Koki Teknologi Informasi Swiss Charles Lim, seorang asisten di Universitas Swiss, mengatakan data yang diperoleh penjahat rekayasa sosial nantinya akan digunakan untuk melakukan transaksi penipuan online.

“Contoh larangan dasar diumumkan pada hari Sabtu. Model itu diklaim sebagai mitra GoJek yang berhasil menipu korban dan memerintahkan korban untuk mentransfer dari akun palsu ke akun virtual, sehingga ditipu oleh model.” 5/16) .

Dalam kasus ini, pada kenyataannya, dalam kasus penipuan baru-baru ini, tidak ada sistem yang diretas. Seperti yang bisa dilihat dari kasus ini, data mitra dan pelanggan Gojek (terutama GoFood) masih aman.

Oleh karena itu, semua pengguna aplikasi GoJek dan aplikasi apa pun diharuskan untuk melindungi data pribadi dengan tidak memberikan informasi pribadi kepada siapa pun. Ini termasuk nomor identifikasi pribadi, email dan informasi pribadi lainnya, serta pembayaran melalui aplikasi-menurutnya, pendidikan pengguna aplikasi harus selalu diulang atau dilakukan secara teratur. Ingatkan pengguna aplikasi ini, termasuk pengguna yang tidak terbiasa.

Selain itu, Lim mengatakan bahwa para pelaku masih mencoba untuk menyerang sistem. Periksa kerentanan atau kerentanan sistem.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *